Anyway, sebelum masuk pembahasan, artikel mentah tentang tips ini saya ambil dari sini: http://writerswrite.co.za/20-things-to-remember-when-writing-genre-romance untuk kemudian saya sodorin ke KSM (kelompen sabtu malam) untuk dibahas bareng-bareng.
Okay, here we go….
1. Harus ada konflik dan emosi—pada setiap halaman.
Nggak harus tiap halaman sih, tergantung situasi aja. Tapi sertakan sesering mungkin, terutama masalah “emosi”.
2. Pilih tema populer, lalu kasih twist segar.
Well,
kami berenam (para makhluk KSM) sepakat kalau aturan ke-2 ini
kemungkinan besar bakal berubah jadi anti-mainstream. Contohnya aja kita
pilih tema cewek yatim-piatu yang selalu ditolongin cowok tak dikenal
lalu bikin si cewek jatuh cinta. Ternyata si cowok ini pembunuh orang
tua si cewek, tapi lalu ngerasa bersalah.
3. Pakai satu PoV saja di satu scene atau chapter.
Biar kita bisa fokus sama apa yang dirasain si karakter pada saat itu.
4. Bikinlah hero-mu menarik, maskulin, dan mandiri.
Intinya,
tipe-tipe alpha-male gitu. Cewek mana sih yang nggak suka karakter
cowok yang bisa ngurus diri sendiri? Sadar nggak sadar, biasanya para
cewek mengharapkan biar si cowok suatu saat bisa jadi sumber nafkah
keluarga. Dengan kata lain, si cowok itu bakal punya rasa tanggung
jawab, dan nggak sembarangan ninggalin si cewek. Tipe-tipe prince
charming gitu.
5. Bikinlah heroine-mu seseorang impianmu, atau seseorang yang bisa dijadikan teman.
Intinya,
tergantung selera. Bisa dibikin tipe warrior-princess atau tipe
queenbee atau tipe … whatever. Suka-suka kau mau bikinnya kayak gimana,
yang penting asyik kalau diajak berinteraksi.
6. Kasih heroine-mu semangat.
Heroine
harus punya tujuan di dalam cerita, sehingga bikin hidup dia nggak
datar. Dia jadi punya semangat hidup gitu. Bisa berupa cita-cita,
impian, atau ambisi.
7. Bikin setting yang menarik dan memorable dan cocok dengan genre-nya.
Intinya
ya sesuaikan setting-nya. Jangan sampai kau bikin kisah romens yang
ceria tapi setting-nya mereka kencan di kuburan. Kecuali kalau kisahnya
angst atau main chara-mu ternyata hehantuan.
8. Padukan setting-nya dengan karaktermu dan cocokkan dengan situasi saat itu.
Misal, situasi sedang sedih dan karaktermu itu tukang mengenang kekasihnya yang udah mati, nah boleh kaulempar dia ke kuburan.
9. Bikin interaksi romantis antara hero dan heroine-mu. Kalau bisa kasih skinship.
Ini
kisah romens, Bung! Bahkan interaksi romantis diselipkan di hal-hal
kecil yang mereka lakukan kok. Intinya, be creative, Guys :3
10. Pakai dialog sebanyak yang kaubisa.
Lebih
banyak show daripada tell. Walaupun begitu, kalau keduanya bisa seimbang pastinya lebih baik dong. Memang, banyak hal romantis yang bisa digali
dari narasi pada saat silent moment. Tetapi romens yang sepi dialog itu nggak marem. Nggak mantep gitu. Ada kalanya juga ada beberapa adegan yang cukup dijabarkan secara singkat saja. Intinya, pintar-pintar menentukan yang mana show yang mana tell aja gitu sih.
11. Jangan takut untuk bikin drama antara karakter-karaktermu.
Wah, kalau yang ini sih wajib ya. Drama itu harus ada kalau di kisah romens. Tapi jangan overdosis, nanti bisa jadi komedi.
12. Jangan bikin hero yang lemah.
Lemah
di sini bukan berarti lemah fisik atau lemah mental. Kau bisa aja bikin
yang lemah versi itu, asalkan konsisten. Karakter yang konsisten
artinya karakterisasinya kuat. Nggak lemah.
13. Jangan bikin heroine yang “kosong”.
Apa
menariknya sih heroine yang selfless atau bahasa kerennya nirdiri?
Orang yang nganggep dirinya bukan siapa-siapa dan nggak punya jati diri.
Masih untung kalau di cerita yang kaubikin si heroine ini sedang dalam
tahapan mencari jati diri. Kalau nggak? Well, jadinya boring setengah
hidup.
14. Jangan bikin hero yang “kosong”.
Lihat nomor 13.
15. Jangan gonta-ganti PoV dalam satu scene.
Keseringan
gonta-ganti PoV bisa bikin kau nggak fokus. Terutama kalau masih dalam
satu adegan. Baru pembaca bersenang-senang dan menyelami perasaan si
karakter, eh udah dioper aja ke karakter lain. Pecah konsentrasi deh.
16. Jangan pakai lebih dari 2 PoV dalam novelmu.
Kalau pakai lebih dari 2 PoV, entar fokusnya nggak cuma di sepasang sejoli aja. Entar bisa berubah berjoli-joli dong.
17. Nggak usah maksa.
Slow
down, Bung! Take it easy. Ciptakan baik-baik built-up nya. Kisah romens
yang bagus, atau setiap kisah yang bagus, nggak kenal istilah
“ujug-ujug” atau “tiba-tiba”. Sesuatu kejadian harus ada karena sebuah
alasan, sekecil dan sesepele apa pun itu. Kau nggak bisa dong bikin dua
orang yang saling benci jadi saling cinta gitu aja. Pasti ada prosesnya.
Bikinlah senatural mungkin. Jangan maksa.
18. Jangan pakai isu kontroversial di dalam novel romance tradisional.
Namanya
juga tradisional. Nggak cuma setting-nya yang jadul, pola pikirnya juga
harus disesuaikan dengan pola pikir jadul juga. Misal di historical
romance, cewek yang memergoki suaminya selingkuh, pada umumnya akan
membiarkan saja dan pura-pura nggak tahu dan nangis-nangis di belakang.
Selain untuk menjaga nama baik keluarga, juga agar rumah tangganya
enggak berantakan dan endingnya dia dicerai. Janda cerai di jaman jadul
nasibnya nggak pernah bagus gegara reputasinya keburu rusak. Jangan
keluar dari pakem itu.
19. Jangan lupa, kau sedang menulis kisah cinta ideal ala dongeng orang dewasa.
Nggak
cuma anak kecil yang bisa didongengin. Orang dewasa juga, dengan porsi
yang berbeda tentunya. Di kisah nyata, kemungkinan besar dua orang yang
saling cinta sejak kecil, kemudian terpisah jarak dan waktu yang sangat
jauh, ketika ketemu lagi akan berakhir dengan jodoh masing-masing dan
bisa tertawa geli saat mengenang cinta monyet mereka. Itu pun kalau
mereka punya keberuntungan buat bisa ketemu lagi setelah terpisah lama.
Di fiksi, lakukan sebaliknya, takdirkan mereka untuk berjodoh di ending.
20. Jangan bikin pembaca bingung.
Sampaikan
setting secara jelas, jangan dibikin surealis. Utarakan selugas mungkin
apa yang sedang terjadi pada si karakter dan kenapa.
_________________________________
Well,
ini memang dasar-dasarnya aja sih. Dan klise. Namanya juga mainstream.
Kalau kau mau bikin kisah romens yang anti-mainstream juga bisa kok.
Kalau biasanya pasangan alpha-male dipasangkan sama beta-female. Kau
bisa gunakan sebaliknya. Atau bisa juga mengobrak-abrik aturan-aturan
yang lain. Do as you wish. Just be creative, Guys…. :3
That’s all. Babbay~ :3
Wuah.... Kak Dya Ragil... makasih tipsnya... kakak salah satu penulis favoritku. BTW kakak mau nggak bagi-bagi ilmu lagi gimana cara nulis novel teenlit yang bagus kaya punya kakak di komunitas menulisku? Kalau bersedia balas ya kak hehe ^^
BalasHapusSalam kenal. Rachmah
BalasHapusHalo, Rachmah. Ya ampun saya lama gak pulang ke rumah ini sampai berdebu di mana-mana, sampai nggak tahu ada yang komen di sini. #plak
HapusThank you sudah mampir ya~