Sebagai mahasiswa atau yang
statusnya masih siswa, nggak sedikit yang kelabakan menjelang Ujian Akhir
Semester. Iya, nggak? Hayoo, ngaku! Saya juga begitu lho....
Lalu, apa yang mesti dilakukan biar
kita enggak panik saat ujian? Terutama buat yang memiliki daya hafal sekarat
macam saya?
Well, nggak susah sebenernya. Bahkan belajar secara SKS (sistem
kebut semalam)--yang biasanya menjerumuskan kita ke dalam kesesatan bernama
"mencontek"--bisa dimanfaatkan secara lebih efektif hingga kita bisa
menjalani ujian dengan cara-cara yang benar. Asalkan tahu caranya, bahkan
seseorang dengan daya ingat parah bisa melewati ujian yang penuh hafalan dengan
selamat.
Ini cara-cara yang biasanya saya
tempuh, dan lumayan efektif untuk dua mata kuliah yang sudah saya tempuh
ujiannya dalam minggu ini. Masih sisa dua ujian lagi sebenarnya. Semoga
cara-cara ini masih tetap efektif ya ... doakan saya, Teman-Teman~ xDD
Well, apa pula langkah pertama yang bisa ditempuh dalam menghadapi
medan perang bernama ujian?
Sudah pasti persiapan!
Seperti perang bersimbah darah yang
juga butuh persiapan bertahun-tahun padahal perangnya sendiri hanya beberapa
minggu, begitu pula dengan ujian semester. Tentu saja persiapannya dilakukan
tepat sejak semester itu dimulai.
Menyimak. Mencatat.
Membaca kembali.
Tiga langkah yang sangat sederhana,
tapi entah kenapa susah banget dipraktekkan. Nggak cuma kalian kok, saya juga
begitu. Tapi saya enggak menyerah.
Seseorang pernah bilang, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Selama kita bisa menang atas diri sendiri, kita bisa memenangkan segalanya.
Segalanya dimulai dari diri sendiri.
1. Menyimak.
Kata-kata dosen
itu sakral. Kita nggak akan pernah tahu apakah penjelasan dari dosen yang
seringnya enggak ada di buku referensi itu bakalan masuk di ujian atau enggak. Unfortunately, hal itulah yang sering
terjadi dalam ujian di kampus saya. Seperti kejadian pas ujian pertama tempo
hari. Meski ujiannya openbook, tapi
banyak yang diujikan itu nggak ada di referensi dan slide presentasi punyanya
dosen yang dikasih ke kita.
Well, kalau kita enggak mendengarkan dan menyimak dengan
sepenuh hati, sudah dipastikan bakal gagal di ujian. Lalu, gimana caranya biar
kata-kata dosen itu menyesap di otak dan hati kita (#lebai)?
Cuma satu
solusinya: catat!
Apa?! Nyatet?!
Iya, nyatet.
Dan ini saya beneran serius.
2. Mencatat.
Malas
mencatat? Well, saya kasih triknya
biar mencatat terasa menyenangkan.
Pertama, pakai pulpen
dengan banyak warna.
Apa? Kalian menertawakan saya? Saya
kasih tahu ya, catatan yang ditulis dengan banyak warna akan jauh lebih menarik
untuk dibaca dan dipelajari daripada catatan yang cuma hitam melulu. Nih, coba
bandingkan!
Kalau saya
ya ... saya bakalan lebih tertarik baca tulisan yang ditulis dengan banyak
warna daripada yang cuma pake tinta hitam. Apalagi jika warna-warna berbeda itu
memang ditujukan untuk membedakan mana yang penting dan enggak, mana yang poin-poin
utama dan penjelasnya, dan mana yang bahasan pokok dan yang cuma intermezzo.
Jadi, pembedaan warna itu nggak cuma asal-asalan dibikin. Ada tujuannya, lho.
Kedua, jangan segan mencorat-coret buku paket atau buku referensi.
Yang mau
kita catat udah ada di buku paket dan cuma sedikit yang enggak?
Poin-poin
yang disampaikan dosen udah ada semua di buku, tapi letaknya mencar-mencar
sampai harus dicari dulu?
Ada tambahan
penting yang perlu ditulis tapi enggak ada di buku sementara nulis di tempat
terpisah bisa bikin catatan tambahan itu tercecer dan hilang?
Yah,
solusinya gampang. Asalkan buku referensi itu punya kita sendiri dan enggak
minjem punya orang, kita bebas ngasih coret-coretan di buku itu. Oiya, jangan
lupa dengan bagian “pakai pulpen dengan banyak warna” tadi.
Asalkan
coret-coretannya berguna dan bener-bener berkaitan dengan pembahasan, jauh
lebih gampang dipelajari karena posisinya yang enggak mencar ke mana-mana. Kita
cuma tinggal mempelajari satu buku itu tanpa harus berpusing-pusing ria dengan
acara “pencocokan” dengan catatan kita di buku tulis. Toh, catatan kita udah
ada di buku paket.
Kalau
poin-poinnya udah ada di buku, tapi letaknya mencar-mencar, kita bisa pake
stabilo dengan warna kesukaan kita. Simpel.
Ketiga, bikin mind map.
Mind map? Apa
itu?
Kalau
diterjemahkan secara harafiah, mind map itu artinya peta pikiran. Atau bisa
juga kita sebut dengan peta konsep. Pernah lihat peta konsep di awal atau akhir
bab buku-buku paket SMP atau SMA? Nah, kita bisa bikin sendiri lho sesuai
dengan pembahasan yang sedang kita pelajari.
Ini dia
contoh peta konsep yang dulu saya bikin pas dosen menerangkan soal sejarah
bahasa Indonesia.
Daripada
mencatatnya dalam bentuk tulisan sampai-sampai saya harus balapan dengan
kecepatan ngomong dosen saya, mending saya perhatikan inti omongan dosen saya,
lalu saya tuangkan dalam wujud mind map. Lebih asyik dibikin dan lebih asyik
dipelajari pas kita baca ulang catatan kita menjelang ujian.
Oke, saya
biasanya pake tiga trik itu agar mencatat menjadi menyenangkan. Enggak bikin
stress juga gara-gara pusing harus balapan sama kecepatan bicara dosen kita.
3. Membaca Kembali.
Kita mutlak perlu baca ulang. Terutama menjelang ujian. Nah,
baca ulang di sini akan jadi menyenangkan kalau dua tahapan sebelumnya berhasil
kita lalui dengan baik.
Pada tahap terakhir inilah, bahkan jika kita melakukannya
di malam hari menjelang ujian, kita akan baik-baik saja saat hari H. Kalau
beruntung, kalau kita paham dengan apa yang dulu kita tulis, syukur-syukur kita
bisa memenangkan pertempuran di medan perang bernama Ujian Akhir Semester.
Ya, kalau dua yang lain sudah terlewati dengan sukses,
bahkan belajar secara SKS pun akan tetap efektif dan menyenangkan. Yah,
syukur-syukur kalau kalian belajarnya beberapa hari sebelumnya, persiapan akan
lebih matang lagi.
Cuma satu saran saya. Jangan buka buku pada hari H,
terutama satu atau dua jam menjelang ujian. Salah-salah pikiran kita malah jadi
kubangan lumpur dan lupa semuanya. Kalau bisa sih, detik-detik menjelang ujian itu, kita jernihkan pikiran kita sehingga pada saatnya nanti ujian dimulai, kita enggak panik.
Well, yah ... itu pernah terjadi sama saya. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan waktu itu hanyalah: bergantung pada kemampuan saya
dalam mengarang indah dengan berbekal ingatan saya akan kata-kata dosen waktu
kuliah.
Dalam hal ini, tahap menyimak memegang peranan yang
sangat penting. Asal waktu menyimak itu kita paham apa yang diucapkan dosen, hal
itu bisa menyelamatkan kita pada saat ujian. Dan itu amat sangat membantu bagi
orang-orang dengan daya hafal sekarat seperti saya. Tapi, itu hanya
untung-untungan.
Pada dua ujian yang sudah lewat, saya beruntung karena
diselamatkan hal kecil yang amat penting bernama “menyimak kata-kata dosen”.
That’s all.
Dan perlu diingat,
keberuntungan enggak selalu menaungi kita setiap waktunya.
Persiapan yang lebih dini dan lebih matang, lebih baik.
Ingat pula satu hal: pemahaman jauh
lebih lama menetap di otak daripada penghafalan.
Good
luck buat semua yang sedang menempuh ujian....
Doakan saya, ya ... dan saya pun sudah pasti mendoakan
kalian. Semangat!
Mari kita menangkan medan perang ini!!! >o<)9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar