"Kenapa enggak mau?!" Senja cuma bisa melotot. Dia tidak terima
permintaannya ditolak. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. "Temen-temen
udah pada ngumpul di halaman belakang sekolah. Awan, cuma kamu yang
enggak mau!"
"Bosen ah. Enggak di rumah, enggak di sekolah, mainnya petak umpet mulu."
Sadar kalau Awan tidak bisa dibujuk lagi, Senja hanya cemberut sambil
menendang kaki bocah lelaki itu. Gadis kecil itu menjulurkan
lidahnya, lalu bergegas pergi menuju halaman belakang dengan dagu terangkat. Meninggalkan Awan yang tengah meringis kesakitan.
Petak umpet dimulai. Senja dan teman-temannya menyebar. Di tembok
dekat pagar, tampak punggung seorang bocah lelaki kurus. Memejam sambil
menghitung.
Senja tidak khawatir. Dia selalu jago bersembunyi. Dan dia selalu
keluar terakhir, setelah yang jadi pencari menyerah. Dia hanya pernah
kalah sekali, saat Awan yang menjadi pencarinya. Karena Awan tidak ikut
kali ini, Senja yakin bakal menang lagi.
Dia pun bersembunyi di drum besar yang kosong dekat kantin. Drum itu
biasanya tak tersentuh, jadi Senja tak khawatir bakal ketahuan. Dari
dalamnya, dia bisa mendengar satu per satu teman-temannya ditemukan.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, dia masih dicari. Bahkan sekarang
yang bukan pencari pun juga mulai berspekulasi di mana keberadaan Senja.
Gadis kecil itu terkikik lirih. Dia akan menang lagi.
Lama, masih belum ada yang membuka tutup drum. Dan dia mulai
mengantuk. Lalu terdengar suara keras di atasnya. Ah, apakah dia
ketahuan? Dia pun diam. Tapi suara itu lalu menghilang. Dia penasaran.
Coba dibuka tutup drum untuk mengintip. Tetapi tutupnya tidak mau terangkat!
Senja panik. Dicobanya berulang kali. Masih tidak mau terangkat. Dia
menggedor-gedor drum, berharap ada seseorang yang mendengar. Tetapi
karena terlalu lelah, lapar, dan hari sudah sore, teman-temannya sudah
pulang dari tadi. Tanpa ingat bahwa Senja belum ditemukan.
Senja lapar, mengantuk, dan ketakutan. Dia tidak berani tertidur. Dia
hanya bisa menangis. Lama. Mungkin seharian. Tapi baginya, ini terasa
seperti selamanya.
Ketika dipikirnya dia takkan ditemukan lagi, tutup drum terbuka. Dia
menengadah. Hanya satu hal yang tampak olehnya: senyum di wajah Awan.
"Akhirnya ketemu juga. Susah nih nyingkirin pohon tumbang dari atas drum. Kamu berhutang sama aku, Senja."
Dan Senja langsung memanjat drum dan melompat keluar, memeluk Awan sampai
bocah lelaki itu terjengkang dan membuat keduanya terjatuh. Senja tidak
peduli. Ia hanya ingin menangis sepuasnya sekarang. Awan pun hanya bisa
menepuk-nepuk kepala gadis kecil itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar